Inilah 6 Anak Bangsa Yang tak Dianggap di Indonesia, Tapi Diperebutkan Negara Lain!


Sebenarnya sangat banyak sekali orang Hebat di negeri ini yang dapat membantu serta membawa harum nama Indonesia dari hasil karya mereka. Akan tetapi, ketika karya-karya mereka tidak mendapatkan penghargaan dari negaranya sendiri, membuat diantara mereka memutuskan untuk lebih memilih bekerja (berkarya) di negara lain.

Seperti ke enam orang berikut. Mereka yang saat ini kita ketahui, karya-karya besar mereka diakui dunia. Berikut profil dari ke enam orang hebat tersebut:


Dr. Warsito
Sepertinya Indonesia tidak membutuhkan orang hebat, itulah kesimpulan yang kita dapat setelah mendengar bahwa karya inovasi Dr. Warsito tentang jaket anti kanker yang telah melanglang buana dan karyanya sudah digunakan oleh berbagai lembaga kaliber dunia seperti NASA-USA, kini harus menyesali keputusannya pulang ke Indonesia.
Karyanya ditolak oleh Kemenkes yang seharusnya melindunginya. Sebuah anomali, ketika Kemenritek DIKTI sedang memacu para peneliti Indonesia agar berani tampil di pentas dunia dengan membawa nama Indonesia.

Sudah banyak orang-orang hebat Indonesia yang akhirnya lebih memilih berkiprah di luar negeri, karena tidak dihargai di dalam negerinya sendiri, berikut nama-nama ilmuwan yang menjadi rebutan dunia selain Dr. Warsito

Prof. Dr. Irwandi Jaswir
Ahli produk halal dunia yang memilih berkiprah di Malaysia "Irwandi" pernah jadi pemenang ke-2 pada ajang "Anugerah Saintis Muda Asia Pasifik 2009" di Bangkok, Thailand yang diprakarsai oleh Scopus (situs basis data pencarian jurnal ilmiah dan indeks kutipan terbesar di dunia) dan melalui penilaian dari tim juri yang terdiri dari profesor dan pakar bertaraf internasional. Dia bersaing dengan puluhan peneliti muda lainnya dari 23 negara Asia Pasifik, diantaranya Jepang, China, Singapura, Australia, Malaysia, India, Taiwan, Hongkong, Thailand dan lain-lain. Sesuai dengan keahliannya, Irwandi berkompetisi di bidang pertanian dan sumber daya alam pada ajang tersebut.
Pada tahun 2010, Irwandi kembali mendapatkan penghargaan yang bergengsi lainnya, yaitu Best Innovation Award pada forum World Halal Research Summit (WHRS) 2010 di Kuala Lumpur, Malaysia dengan karya risetnya yang berjudul Nano-Structural Properties of Alternative Collagen for Halal Industry (Sifat Struktur-Nano Kolagen Alternatif untuk Industri Halal). Ajang tahunan yang terkait dengan industri halal itu diikuti oleh ratusan peneliti dari seluruh dunia dan hanya memilih tiga orang sebagai yang terbaik. Irwandi Jaswir yang telah bergelar profesor sejak tahun 2009 itu juga telah menghasilkan puluhan artikel ilmiah di jurnal dan konferensi internasional serta puluhan artikel ilmiah populer di berbagai media massa dan lima artikel bab buku (book chapter) di buku ilmiah internasional.

Prof. Dr. Ken Kawan Soetanto
Prof. Dr. Ken Kawan Soetanto alias Chen Wen Quan (lahir di Surabaya tahun 1951) adalah seorang profesor di School of International Liberal Studies (SILS) dan mantan Dekan Urusan Internasional Divisi Waseda University, dimana ia juga Direktur Klinik Pendidikan dan Science Research Institute (CLEDSI). Sejak tahun 2005 ia juga menjadi profesor di Venice International University, Italia. Sebelumnya menjabat posisi fakultas di Amerika Serikat pada Universitas Drexel dan di Fakultas Kedokteran Universitas Thomas Jefferson.
Dr Soetanto adalah pakar yang memegang empat gelar doktor dalam disiplin ilmu yang terpisah (Rekayasa, Kedokteran, Farmasi Sains dan Pendidikan), dan penelitian pada latar belakang yaitu bidang interdisipliner dari bidang kempat ini. Ia telah mempublikasikan secara luas di beberapa bidang, terutama psikologi, pendidikan, pedagogi, mekanisme motivasi, obat-obatan, DDS, pengukuran dan peralatan, serta rekayasa biomedis.

Metode perkuliahannya unik dan sangat memotivasi, telah banyak didokumentasikan di Jepang dan lebih jauh sebagai 'Soetanto Metode' dan 'Soetanto Efek'.

Dia adalah anggota fellow dari Society Akustik of America, dan The American Institute of Ultrasound Kedokteran, serta anggota senior IEEE, dan telah menjabat sebagai penasihat pemerintah untuk Jepang Kementerian Ekonomi, Perdagangan dan Industri, dan sebagai anggota dari Visi Pemerintah Jepang inisiatif abad ke-21

Prof. Dr. Nelson Tansu
Nelson Tansu (lahir di Medan, Sumatera Utara, 20 Oktober 1977; umur 38 tahun) adalah seorang akademisi dan peneliti nanoteknologi dan optoelektronika asal Indonesia yang menjadi tenure-track Assistant Professor di Universitas Lehigh (Lehigh University) pada usia 25 tahun (sejak Juli 2003). Tansu yang gemar nasi Padang menyisihkan lebih dari 300 doktor untuk mendapatkan jabatan Assistant Professor tersebut di Universitas Lehigh sejak Juli 2003.
Riset Tansu adalah dalam bidang fisika terapan (Applied Physics) terutama dalam bidang semikonduktor, nanoteknologi, dan fotonika. Sejak April 2007 sampai April 2009, ia menjadi Peter C. Rossin (Term Chair) Assistant Professor di Universitas Lehigh. Sejak Mei 2009 (usia 31 tahun) sampai April 2010, Tansu dipromosi menjadi Associate Professor dengan tenure di Universitas Lehigh. Sejak May 2010 sampai sekarang, Tansu dipromosi menjadi Class of 1961 Chair Associate Professor (dengan tenure) di Universitas Lehigh.

Nelson Tansu merupakan putra kedua dari pasangan ayah (Almarhum) Iskandar Tansu dan ibu (Almarhum) Auw Lie Min. Ia dilahirkan di Medan, dan besar di Medan. Tansu menyelesaikan pendidikan dari TK-SD-SMP-SMA di Yayasan Perguruan Sutomo 1 Medan, di mana ia merupakan lulusan terbaik saat menyelesaikan pendidikan SMA di Mei 1995. Kemudian, dia melanjutkan pendidikan S1 (BS) sampai S3 (PhD / Doktor) di Universitas Wisconsin - Madison.

Dr. Yogi Erlangga
Yogi Ahmad Erlangga (lahir di Tasikmalaya, Jawa Barat, 8 Oktober 1974; umur 41 tahun) adalah seorang ilmuwan yang berhasil memecahkan Persamaan Helmholtz menggunakan matematika numerik secara cepat (robust) dan mendapatkan penghargaan Bakrie Award X pada 2012.
Hasil risetnya menghebohkan dunia terutama dengan kemungkinan membuat profil 3 dimensi dari cadangan minyak. Metode dia berhasil memproses data-data seismik seratus kali lebih cepat dari metode yang sekarang biasa digunakan. Temuannya ini membuat namanya melambung. Rumus matematika yang dikembangkannya membuat ribuan insinyur minyak bisa bekerja cepat. Akurasinya tinggi. Dan akhirnya si raja minyak banyak berhemat.


Pasalnya, Shell selalu mempunyai masalah dalam menemukan sumber minyak bumi. Persamaan ini membutuhkan biaya yang besar, perhitungan waktu, penggunaan komputer serta memori. Maka, dalam siaran pers tahun 2005 diterangkan Universitas Delft sungguh bangga akan pencapaian Yogi. Siaran pers itu menyebutkan bahwa penelitian Yogi adalah murni matematika. Saat ini dia lebih memilih berkiprah di Eropa dan Timur Tengah. Penemuannya sangat berguna bagi industri perminyakan.

Dr. Josaphat Tetuko
Ahli radar dan drone ini pernah berkiprah di Indonesia setamat dari Jepang. Karena tidak ada penghargaan terhadap karya-karyanya, akhirnya Dr. Josaphat Tetuko memilih kembali ke Jepang.
Masih banyak lagi orang-orang hebat yang karya-karyanya diakui oleh dunia namun tak dihargai di dalam negeri sendiri.