Kupas tuntas penilitian si-Glori (Part-1)


Wajah Bahagia Penulis Bersama Trainer, Pasca Sidang Skripsi!

Sebelumnya, izinkan saya mengucapkan Alhamdulillahirabbil'alamin , puji syukur ke hadirat Allah Subhana Wa Ta'ala yang telah memberikan saya kesempatan untuk dapat menyelesaikan studi sarjana pendidikan teknik elektronika Pada tanggal 26 Juli 2016. Saya menghaturkan rasa terima kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah banyak membantu penulis baik secara materi dan moril.

Okeh, setelah melewati masa-masa kritis, rasanya tangan ini sudah sangat rindu untuk menulis hal-hal tentang elektronika kembali. Nah, mumpung penilitian skripsi saya sangat berhubungan sekali dengan elektronika. Kali ini, saya akan berbagi tentang penilitian yang telah saya lakukan kurang lebih satu tahun lamanya." Buset lama banget bro, ente ngapain aja?" ngapain ya? banyak deh kalo diceritain.

Tulisan ini cukup panjang makanya ane split beberapa bagian. Hehe... Bacanya santai aja ya. Oya, karena saya berasal dari program studi pendidikan teknik elektronika, penilitian saya juga berhubungan dengan dunia pendidikan, khususnya pada bidang media pembelajaran. Baik kita mulai dari trainer!

Trainer
Apa yang terlintas dalam pikiran teman-teman pembaca ketika mendengar kata 'Trainer'? Hmmm... pastinya kalian akan berpikir bahwa trainer itu adalah pelatih atau pembimbing kan? Nah, kalo dilihat dari segi terminologi (red:bahasa) trainer memang memiliki arti 'pelatih'. Tapi, trainer yang saya maksud disini adalah sebuah perangkat atau set peralatan laboratorium yang digunakan sebagai media pendidikan atau alat bantu belajar yang merupakan gabungan model kerja dan mock-up (media visual), tujuan penggunaan trainer  untuk menerapkan pengetahuan peserta didik yang diperoleh pada benda nyata (real). Jadi intinya trainer itu alat bantu ajar yang punya bentuk fisik (hardware). Bagi kalian yang pernah sekolah di SMK Jurusan Elektronika, mungkin kalian sering menggunakan trainer dalam proses belajar. Sebagai contoh trainer di bawah ini, uPF-1 . Trainer yang digunakan untuk mempelajari tentang arsitektur, cara kerja, dan penggunaan dari sebuah sistem mikroprosesor.


Trainer uPf-1, digunakan untuk belajar tentang mikroprosesor


Kenapa sih harus pake trainer? Perlu diketahui, keberhasilan proses belajar mengajar salah satu faktornya dipengaruhi dari media pembelajaran atau alat bantu ajar. Hal ini diperkuat berdasarkan hasil penilitian dari Edgar Dale, seorang peniliti  dalam bidang alat bantu ajar. Dia mengatakan bahwa pengalaman belajar seseorang dapat diperoleh dengan melakukan simulasi atau mengerjakan hal yang nyata, yang artinya pada saat proses belajar, peserta didik harus dapat melihat, meraba, berbuat, dan mengamati secara langsung (kongkret), terkait konsep atau pengetahuan yang sedang dipelajarinya. Dengan kata lain penggunaan trainer sebagai alat bantu ajar, siswa bukan hanya diasah kemampuan kognitifnya saja, namun juga psikomotorik.


Kerucut pengalaman belajar Edgar Dale

 Beberapa sekolah atau perguruan tinggi saat ini, banyak menggunakan trainer sebagai media pembelajaran. Sebagai contoh tempat saya kuliah (sebut saja ex-IKIP JAKARTA), beberapa mata kuliah yang sudah saya ikuti seperti sistem mikroprosesor, sensor dan transduser, sistem kendali pneumatik, mekatronika dan sistem kendali PLC semua menggunakan trainer.

Terus, apa aja sih yang keunggulan trainer sehingga banyak guru atau dosen memilihnya sebagai alat bantu ajar? 

1. Gak semua pelajaran dapat direpresentasikan dalam bentuk model matematis.
Inget, Elektronika itu ilmu yang membutuhkan banyak praktek bukan hanya teori. Karena banyak praktek, makanya materi tentang elektronika tidak semua dapat ditafsirkan dengan sebuah model matematis, sebagai contoh materi terkait sistem mikroprosessor, dan sistem mikrokontroller, penulis belum pernah menemukan buku atau artikel yang membahas kedua materi tersebut dalam model matematis, TIDAK PERNAH, sekalipun ada, penulis juga ogah mempelajarinya, karena sulit..

2. Praktek tanpa adanya resiko pada sistem nyata.
Ini yang paling penting, seseorang yang memiliki hasrat tinggi belajar elektronika biasanya suka bongkar barang-barang elektronik di rumahnya dengan alasan ingin praktek. Padahal sudah dibilang sama bapak atau ibunya untuk jangan dibongkar, karena khawatir malah merusak dan alat tersebut sering digunakan. (Pengalaman penulis, hehe...). Namun, dengan adanya trainer memungkinkan untuk melakukan praktek tanpa harus menanggung resiko barang-barang yang sering dipakai tersebut seperti tv, radio,kulkas, dan lain-lain menjadi rusak. 

3. Trainer memungkinkan untuk mempersingkat masa studi menjadi relatif lebih singkat.
Apa jadinya, jika kalian mau belajar tentang prinsip kerja dioda sebagai penyearah arus, kalian harus siapin bahan-bahanya terlebih dahulu untuk praktek. Seperti trafo, kabel AC, multimeter, oskiloskop, breadboard, kabel jumper dan lain-lain.  Dan ini bukan hanya untuk praktek dioda saja, tapi semua praktek yang lain....
Pasti merepotkan, bukan???? Apalagi jika kalian seorang guru elektronika, pasti banyak memakan waktu dari proses persiapan bahan sampai praktikum selesai, praktikum yang harusnya dapat diselesaikan dalam waktu 1x50 menit ternyata lebih. Ditambah, jam mengajar anda yang tidak begitu banyak namun dituntut untuk menuntaskan semua materi dalam waktu yang sempit.... huffftt (ini juga pengalaman penulis)
Nah, dengan adanya trainer, waktu untuk proses persiapan bahan praktek dapat dipangkas, selain itu trainer juga disusun dengan modul praktikum pembelajaran yang telah diuji kelayakannya, sehingga menjadikan proses pembelajaran yang lebih efektif dan efisien.